PDAM Solo Rugi Rp24,08 Miliar karena Kehilangan Air

PDAM Solo Rugi Rp24,08 Miliar karena Kehilangan Air IPA Jurug, salah satu sumber air bersih PDAM Toya Wening, Kota Surakarta, Jateng. (Foto: PDAM Toya Wening)

Surakarta - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Toya Wening, kehilangan 10,7 juta meter kubik air (nonrevenue water/NRW) atau 45,2 persen selama 2018. Nilainya mencapai Rp24,08 miliar, jika tarifnya Rp2.250 per meter kubik.

Direktur Teknik PDAM Toya Wening, Triatmojo Sukomulyo, menyatakan, ada tiga komponen NRW. Konsumsi resmi tak berekening sebanyak 14.821 meter kubik (0,1 persen), kehilangan komersial 1,9 juta meter kubik (8,1 persen), dan kehilangan fisik 8,7 juta meter kubik (37 persen).

Kehilangan fisik disebabkan beberapa faktor. Kebocoran pipa dan luapan air pada reservoir, misalnya. Sedangkan kehilangan komersial, diakibatkan konsumsi ilegal, kesalahan pengolahan data, serta ketidakakuratan meter dan pembacaan meter.

PDAM mengganti meter air secara bertahap untuk mengurangi kehilangan komersial. Khususnya yang umurnya di atas lima tahun. Ada 36 ribu meter air di atas lustrum. "Tahun ini, kami mengganti 6.000 unit dulu," ucapnya, beberapa waktu lalu.

Upaya lainnya, mengecek ekspelanggan PDAM. APakah masih menggunakan sambungan air atau tidak. "Kalau sudah eks, kami tidak lagi membaca meteran airnya," ucap dia.

PDAM juga akan memperketat keakuratan pembacaan meter. Pun berburu pengguna air ilegal yang menjebol saluran, tanpa melalui meteran. Ditargetkan kehilangan komersial ditekan hingga dua persen per tahun.

Air yang hilang nyaris setara dengan yang ditampung di Waduk Cengklik, Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Waduk Cengklik menampung 9-12 juta meter kubik.

Kejadian ini juga berlangsung di seluruh dunia. Sebanyak 32 miliar meter kubik air yang telah diolah hilang karena kebocoran saban tahunnya.

Terdapat 16 miliar meter kubik air tersalurkan ke pelanggan tanpa tertagih. Dus, perusahaan air minum di seluruh dunia menanggung US$14 miliar atau sekitar Rp196 triliun.