Mayoritas Aduan Masyarakat Semarang Fiktif

Mayoritas Aduan Masyarakat Semarang Fiktif Ilustrasi menerima aduan masyarakat. (Foto: pixabay.com)

Semarang - Saluran aduan masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), kepada pemerintah sudah banyak dan variatif, seiring penerapan kota pintar (smart city). Namun, banyak di antaranya merupakan aduan palsu.

Dari rata-rata 600 aduan melalui call center 112, kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, cuma 30 persen yang valid dan bisa ditindaklanjuti. Jumlah tersebut, belum termasuk aduan palsu melalui media sosial (medsos) dan sistem "Lapor Hendi".

"Misalnya, kemarin ada laporan di sebuah wilayah, kalau aliran air PDAM di sana mati. Tapi, setelah dicek, ternyata aliran airnya lancar dan nama yang disebutkan pelapor ternyata tidak terdata sebagai warga di situ," ujarnya saat focus group discussion (FGD) "Goesmart 2018" di Situation Room Pemerintah Kota Semarang, Selasa (9/10).

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini, pun geram dengan banyaknya aduan fiktif itu. Sebab, cukup menyita waktu dan tenaga, mengingat seluruh laporan diverifikasi sekalipun tak lengkap.

Karenanya, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan meningkatkan sistem dan aplikasi pelaporan serta mengedukasi masyarakat. Tujuannya, meminimalisasi aduan palsu.

"Saya rasa, tantangan ini juga dihadapi di Singapura. Sehingga dalam FGD kala ini, kami berharap dapat belajar dari apa yang telah berjalan di sana," tambah Hendi.

Acara tersebut merupakan rangkaian "Forum International Kota Cerdas" di Kota Semarang, 9-12 Oktober 2018. Kegiatan diikuti jejaring smart city dari Singapura, Australia, dan Inggris. (Ant)