Kembangkan Lahan Pertanian Perkotaan, Pemkot Yogyakarta Miliki 115 Kampung Sayur

Kembangkan Lahan Pertanian Perkotaan, Pemkot Yogyakarta Miliki 115 Kampung Sayur Salah satu kampung sayur di Kota Yogyakarta, yaitu Kampung Sayur Bausasran. Foto: jogjakota.go.id

Kota Yogyakarta, Pos Jateng – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui DInas Pertanian dan Pangan (DPP) terus berupaya mengembangkan lahan pertanian perkotaan, salah satunya melalui program Kampung Sayur. Saat ini, tercatat ada 115 kampung sayur yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta.

Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan DPP Kota Yogyakarta, Imam Nurwahid mengatakan, tantangan pertanian perkotaan ialah pada lahan yang sangat terbatas. Kampung Sayur adalah program pemanfaatan lahan kosong, gang, atau pekarangan rumah yang ditanami sayuran dan buah.

"Biasanya pertanian perkotaan memanfaatkan pekarangan di depan rumah bahkan lorong-lorong permukiman. Makanya kita namakan ‘Kampung Sayur’. Saat ini sudah 115 kampung sayur,” paparnya, Minggu (9/10).

Imam menambahkan, perlu balutan ekonomi kreatif dalam pengembangan kampung sayur agar memberikan hasil yang optimal. Misalnya, dengan menawarkan ecotourism atau ekowisata seperti di Kampung Sayur Bausasran.

“Jadi pengelola untuk terus berinovasi, sehingga kampung sayur akan berjalan secara berkesinambungan dan memberikan dampak yang lebih optimal ke masyarakat dari berbagai sisi. Tidak hanya dari segi pemenuhan ketahanan pangan tetapi juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” imbuhnya.

Penerapan kebijakan 'dari Jogja untuk Jogja', lanjut Imam, juga menjadi pendukung untuk menjaga keberlangsungan pengelolaan kampung sayur. Setiap kampung sayur atau kelompok tani tentu memiliki produk unggulan. Setiap produk bisa diputar di antara kelompok tani untuk saling memenuhi kebutuhan.

“Sejumlah kelompok tani mampu memproduksi media tanam, kita juga sudah berupaya membuatkan rumah bibit meskipun sederhana. Ada pula kelompok tani yang bisa mengolah sampah organik dan menghasilkan pupuk cair. Jika setiap kelompok bisa saling memenuhi kebutuhan dari kelompok lain, maka produksi yang dihasilkan kampung sayur akan otomatis terserap,” lanjutnya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan DPP Kota Yogyakarta, terdapat beberapa model pemasaran produk kampung sayur, yaitu donasi atau diberikan ke posyandu dan ibu rumah tangga di sekitar kampung sayur. Sejumlah kampung sayur juga ada yang menjual produk dengan sistem jual beli yang variatif, misalnya dijual ke masyarakat atau warung di sekitar dan secara daring.

Terakhir, Imam menyebut belum semua kampung sayur berjalan secara optimal karena berbagai sebab. Namun pihaknya optimis kampung sayur akan semakin berkembang dan maju.

“Belum semuanya optimal karena ada yang terkendala cuaca atau pengelola sibuk dengan kegiatan lain. Tapi kami optimis ke depannya kampung sayur akan semakin berkembang dan maju,” pungkasnya.