Demokrasi di Indonesia dianggap perlu perubahan paradigma

Demokrasi di Indonesia dianggap perlu perubahan paradigma Ilustrasi. Freepik

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah, menyatakan, pelaksanaan demokrasi di tanah air masih terasa berjarak dengan pelaku politik maupun masyarakat. Ini terjadi karena demokrasi belum menjadi tradisi berpikir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Sedangkan bangsa kita ini masih mengedepankan perasaan. Demokrasi masih belum terbentuk sebagai kekayaan gagasan universal kehidupan suatu bangsa," ucapnya dalam webinar "Partai Politik dan Tantangan Demokrasi Terkini", Kamis (11/2).

Karenanya, bekas politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mendorong Indonesia meningkatkan inovasi agar lebih baik dalam melihat masalah yang terjadi.

Pada kesempatan sama, Jubir Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Faldo maldini, berpendapat, politikus seharusnya memberikan solusi terhadap segala masalah yang hadir di tengah masyarakat.

"Aktivitas politik itu lahirkan proses politik. Yang kemudian memunculkan aktor-aktor politik dan mampu secepatnya selesaikan persoalan di masyarakat," dalihnya.

Dia lalu mengajak parpol mencontoh ke pengembang teknologi supaya mampu melahirkan produk aplikasi yang diterima serta bermanfaat bagi publik.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan, memaparkan, tingkat ketidakpuasan masyarakat terhadap demokrasi sangat tinggi. Ini merujuk data yang dimiliknya pada Februari 2020.

Apabila sebagian saja demokrasi telah dipandang buruk oleh publik, sambungnya, sudah sepatutnya dianggap secara keseluruhan. Hal tersebut imbas kelakuakn parpol yang cenderung ke ranah negara daripada masyarakat.

"Partai politik lebih asyik urusan ke negara dengan mainan-mainannya, sehingga lupa dengan tuntutan masyarakat. Aspirasi masyarakat belum jadi pertimbangan utama," paparnya.

Sedangkan pengamat politik internasional sekaligus mantan diplomat senior, Imron Cotan, menyarankan parpol mulai benar-benar menjadikan Pancasila sebagai landasan aktivitasnya. Jika ini dilakukan, Indonesia diyakini menjadi bangsa unggul dan mencetak generasi emas pada 2045.