Cegah Stunting, Jatim Replikasi Metode di Pandeglang

Cegah Stunting, Jatim Replikasi Metode di Pandeglang Dirjen PDT Kemendes PDTT, Samsul Widodo (Foto: Kemendes)

SURABAYA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan melaksanakan metode cegah kerdil (stunting) di Jawa Timur (Jatim). Dalam rangka mencapai target Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT, Samsul Widodo, menyatakan, pencegahan stunting penting dilakukan. Guna memperbaiki tumbuh kembang dan tingkat intelektual generasi penerus bangsa.

"Selain sosialisasi, pembahasan mencakup membangun komitmen dari masing-masing kepala daerah dan dinas terkait. Termasuk dalam pemanfaatan APBD dan dana desa secara efektif dalam penanganan stunting di masing-masing daerah," ujarnya sela "Sosialisasi Inovasi Intervensi Aksi Cegah Stunting" di kantor Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dinkes Jatim), Kota Surabaya, Selasa (30/7).

Pada kesempatan itu, Kemendes PDTT beserta jajaran pemerintah terkait pun membahas rencana replikasi Aksi Cegah Stunting. Seluruhnya sepakat, metode pencegahan stunting yang dilakukan Ditjen PDT di Kabupaten Pandeglang, Banten, diterapkan di 19 kabupaten di Jatim.

Metode di Pandeglang dianggap berhasil menurunkan angka stunting 8,4 persen. Dalam tempo enam bulan. Sejak Mei 2018 hingga Februari 2019.

"Hasil kerja sama dalam pilot project Aksi Cegah Stunting di Pandeglang, menjadi bekal sangat penting. Untuk melakukan upaya pencegahan stunting secara nyata dan strategis di berbagai daerah prioritas lainnya," katanya.

Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak, menambahkan, pihaknya bakal melakukan langkah konkret. Dengan mengumpulkan instansi terkait dan menindaklanjutinya. Merujuk pengalaman di Desa Banyumundu, Pandeglang.

"Orang tua juga harus memberikan atensi terkait stunting, dan desa diberikan dorongan, serta penguatan Ditjen PDT. Diharapkan, memberikan sinergi untuk program pencegahan stunting ini," ucapnya.

Sementara, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim, Vitria Dewi, mengungkapkan, Jatim merupakan provinsi besar. Penduduknya mencapai 40 juta jiwa. Namun, banyak daerah belum bebas stunting.

Pemprov telah melakukan pencegahan stunting. Seperti menggelar edukasi dengan pola kultur menarik. Sehingga, yang disampaikan kepada masyarakat tak sekadar teori. Namun, turut dilaksanakan dengan baik.

"Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat malanutrisi kronik, masih menjadi tantangan di Indonesia. Termasuk di Jawa Timur. Di mana prevalensi balita stunting masih berada di angka yang tinggi. Yaitu 26,2 persen," ungkap Tim Dokter Spesialis Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, Damayanti R. Sjarif.

WHO menargetkan pengurangan jumlah balita stunting sebesar 3,9 persen per tahun. Dari 2010 hingga 2025. Harapannya, jumlah penderita pada 2025 tersisa 100 juta. Atau susut 40 persen dari tahun awal pelaksanaan.

Stunting merupakan penyakit permanen dan tidak bisa diperbaiki (irreversible). Jika anak sudah melewati usia dua tahun.