maskot jaka dan lisa di malioboro
Maskot Jaka dan Lisa Simbol Kebersihan di Malioboro
YOGYAKARTA - Belasan komunitas di Malioboro menegaskan komitmen mereka untuk ikut menjaga kebersihan, di kawasan utama wisata di Kota Yogyakarta tersebut. Caranya dengan meluncurkan Jaka dan Lisa, sebagai maskot budaya bersih.
“Program ini sebenarnya sudah lama kami gagas dan pada hari ini diluncurkan. Harapannya, program untuk selalu menjaga kebersihan di Malioboro ini bisa dijadikan contoh di kawasan lain,” kata Ketua Lesehan Malioboro Sukidi di sela peluncuran Jaka dan Lisa di Yogyakarta, Minggu (13/10).
Maskot budaya kebersihan Malioboro tersebut, masing-masing memiliki arti khusus. Jaka untuk jaga kebersihan. Sedangkan Lisa berarti lihat sampah ambil.
Keberadaan program kebersihan ini, lanjut Sukidi, tidak hanya menjadi ajakan bagi komunitas di Malioboro. Tetapi juga kepada pengunjung dan wisatawan.
Wisatawan diharapkan membiasakan dan membudayakan hidup bersih, dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Sukidi mengatakan, dengan menjaga kondisi kebersihan di Malioboro akan menjadikan kawasan wisata tersebut semakin indah dan nyaman. Sehingga jumlah wisatawan yang datang pun akan semakin banyak. “Belum ke Yogyakarta kalau belum ke Malioboro. Harapannya, Malioboro tetap ‘ngangeni’,” kata Sukidi.
Peluncuran maskot budaya bersih Jaka dan Lisa, sekaligus kado ulang tahun dari komunitas Malioboro, untuk perayaan ulang tahun ke-263 Kota Yogyakarta.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi terhadap komunitas Malioboro, karena memberikan kado maskot Jaka dan Lisa.
“Kebersihan adalah kebutuhan mutlak di Malioboro yang setiap hari sangat ramai dikunjungi wisatawan. Mungkin, ada sekitar 600.000 orang yang beraktivitas di Malioboro setiap hari, sehingga komitmen untuk menjaga kebersihan sangat dibutuhkan oleh kawasan yang ramai seperti ini,” kata Haryadi.
Ia berharap, keberadaan Jaka dan Lisa ini bisa diikuti dengan tindakan nyata dari seluruh komunitas, termasuk wisatawan di Kawasan Malioboro, untuk menjaga kebersihan.
“Jangan membuang sampah sembarangan, dan kalau melihat ada serakan sampah bisa diambil dan dimasukkan ke tempat sampah,” ia mengingatkan.
Jika budaya bersih di Malioboro tersebut berjalan dengan baik, Haryadi menyebut tidak akan menambah jumlah tempat sampah yang ada di kawasan tersebut. “Kalau bisa, jumlah tempat sampah akan dikurangi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro, Ekwanto, mengatakan komitmen dari komunitas Malioboro untuk menjaga kebersihan akan sangat membantu petugas kebersihan. Khususnya yang setiap hari bertugas di Malioboro.
“Artinya, para pedagang kaki lima dan komunitas lain di Malioboro memiliki kesadaran untuk ikut menjaga kebersihan, meskipun kami juga menyiagakan petugas kebersihan,“ katanya.
Dengan kondisi Malioboro yang bersih, lanjut Ekwanto, diharapkan akan diikuti oleh wisatawan agar tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi, sudah banyak tempat sampah yang disediakan di sepanjang Malioboro.
“Masih saja ada wisatawan yang membuang sampah sembarangan. Bukan hanya disebabkan kebiasaan, tetapi karena mereka melihat di sekitarnya ada sampah yang berserakan,” ungkap Ekwanto.
Selama ini, lanjut Ekwanto, PKL di kawasan Malioboro dilarang membuang sampah yang dihasilkan ke tempat sampah di Malioboro. Mereka harus membawa pulang sampah yang dihasilkan. Termasuk limbah cair bekas mencuci piring.
“Ya, memang ada yang suka mencuri-curi kesempatan dengan membuang limbah sembarangan. Jika tertangkap basah akan kami beri pembinaan. Tetapi jika sudah bandel dan berulang kali melakukan tindakan yang sama, maka akan diberi sanksi tegas. Ditertibkan Satpol PP,” pungkasnya. (Ant).
Komentar